Dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut yaitu pada 4-6 Juli 2025. Kegiatan Festival Gunung Slamet menjadi salah satu event terbaik di Jawa Tengah dan masuk dalam Karisma Event Nusantara. Tahun 2025 menjadi tahun ke-8 Festival Gunung Slamet diadakan.

Acara pada hari pembukaan, puncak acara hingga hari penutupan sangat meriah. Dari tahun ke tahun Festival Gunung Slamet selalu ramai dan menjadi pusat tujuan tidak hanya dihadiri masyarakat Purbalingga namun juga wisatawan sekitar seperti Banyumas, Cilacap, Pemalang, Tegal, Semarang, hingga kota-kota lainnya.

Rangkaian festival dimulai pada Jumat (4/7) dengan tradisi bersih desa dan kenduri, acara ini memiliki makna menyucikan bumi dan ungkapan rasa syukur. Acara dilanjutkan dengan senam, pembukaan oleh Wakil Bupati Purbalingga, Dimas Prasetyahani, penanaman pohon, gelar seni budaya desa wisata dan komunitas petani kopi di Kabupaten Purbalingga, ditutup dengan malam bermunajat Gandrung Nabi dan Gus Mohammad Luqman.

Puncak acara pada Sabtu (5/7) dilaksanakan pengambilan air sikopyah, kirab budaya hingga pemecahan rekor MURI makan bersama nasi 3G (Gundil, Gandul, Gereh) sebanyak 8.888 bungkus. Sore hari dilanjutkan dengan tari kolosal gunung slamet, gelar budaya lingkar slamet, penyerahan piagam Karisma Event Nusantara (KEN), dan ditutup akustik kabut lembut dengan artis utama Ghea Indrawari.

Hari terakhir, Minggu (6/7) dibuka dengan kegiatan trail run, perang air, dan penampilan Masdddho di Suaraloka Gunung Slamet sebagai penutup rangkaian acara Festival Gunung Slamet 2025.

Festival Gunung Slamet 2025 hadir dengan semangat baru dan harapan kunjungan target hingga 50.000 wisatawan. Prosesi pengambilan air Tuk Sikopyah dan kirab budaya sebagai prosesi adat wujud syukur masyarakat pada alam yang menjadi sumber kehidupan selain diikuti oleh masyarakat desa juga turut serta peserta dari 22 negara. Puncak acara pemecahan rekor MURI dengan pembagian dan makan bersama kuliner khas Desa Serang yaitu Nasi Jagung, oseng Gandul (pepaya), Gundil (tempe goreng), dan Gereh (ikan asin). “Ini bukan sekadar makan bareng. Ini simbol cinta pada budaya, kuliner lokal, dan semangat komunitas,” Bupati Purbalingga, H Fahmi Muhammad Hanif.

Author

+ posts

Leave a Reply

Your email Alamat will not be published. Required fields are marked *

11 − 4 =