Siapa sangka ada sebuah bangunan yang begitu banyak tersirat makna dan histori didalamnya namun sebagian masyarakat justru tak mengenalinya, bangunan itu adalah Masjid Agung Kauman Semarang. Sebuah bukti nyata bahwa syiar agama islam pertama kali dilakukan pada masa awal berdirinya kota Semarang.

Terletak di pusat kota Semarang tepatnya di kawasan di alun-alun barat Kota Semarang, atau sebelah barat Pasar Johar, Masjid ini didirikan pada abad ke-16 oleh ulama besar keturunan Timur Tengah Bernama Maulana Ibnu Abdul Salim atau yang lebih dikenal sebagai Ki Ageng Pandan Arang yang sekaligus menjabat sebagai Bupati pertama kota Semarang kala itu.

(Ilustrasi sosok Ki Ageng Pandan Arang dikutip dari : sketsanusantara.id)

Ki Ageng Pandan Arang diangkat menjadi Bupati setelah mendapat titah dari Kesultanan Raja Demak untuk melakukan penyebaran agama islam di Kota Semarang. Segera setelah itu, Masjid Agung Kauman Semarang menjadi tempat berkumpulnya para ulama dan sering digunakan untuk penyelenggaraan pengajian secara besar.

Bahkan dilansir dari beberapa sumber, Masjid Agung Kauman Semarang turut berkontribusi memberi andil pada perjuangan bangsa Indonesia dimana tepat setelah Proklamasi, Masjid Agung Kauman Semarang mengumumkan kemerdekaan Indonesia secara terbuka pada masyarakat sekitar.

Adapun di dalam kompleks Masjid Agung Kauman Semarang juga terdapat beberapa makam tokoh pemuka agama di kala itu, salah satunya adalah makam Kyai Damar yang merupakan seorang penyebar agama Islam di era Walisongo, yang terletak di Kampung Sumeneban, Kelurahan Kauman.

(Foto Masjid Agung Kauman Semarang tempo dulu dikutip dari : tribunjatengwiki.tribunnews.com)

Meskipun saat ini sudah dilakukan beberapa tahap renovasi dan penambahan, Masjid Agung Kauman Semarang tetap mempertahankan ciri khas arsitektur tradisional Jawa, dengan menara tambahan di sisi sebelah kiri dan gerbang yang sudah direnovasi. Dikarenakan nilai sejarah dan perjuangannya, Masjid Agung Kauman Semarang diakui sebagai situs cagar budaya dengan Nomor Registrasi CB, CB.1021, SK Penetapan No SK: PM.57/PW.007/MKP/2010, tanggal SK: 22 Juni 2010.

Ironisnya, di tengah gemerlapnya masjid-masjid megah yang baru bermunculan di Jawa Tengah seperti Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang menjulang megah atau Masjid Syekh Zayed Solo yang memesona dengan arsitekturnya, Masjid Agung Kauman Semarang justru mulai terlupakan dari peta perhatian masyarakat. Padahal, masjid ini bukan sekadar bangunan tua, melainkan saksi bisu perjalanan panjang sejarah, budaya, dan peradaban Islam di Semarang.

Di balik dinding-dindingnya yang bersahaja, tersimpan jejak perjuangan ulama dan pemimpin daerah dalam membangun harmoni umat. Kurangnya antusiasme masyarakat untuk berkunjung atau sekadar mengenal lebih dalam warisan berharga ini menjadi cermin betapa sering kita silau oleh kemegahan fisik dan lupa menghargai kekayaan nilai sejarah.

Sudah saatnya kita menumbuhkan kesadaran baru: bahwa masjid bukan hanya soal kemewahan arsitektural, melainkan juga tentang bagaimana ruh dan perjalanan masa lalunya membentuk identitas kita hari ini. Masjid Agung Kauman Semarang, dengan segala kesederhanaannya, layak mendapatkan tempat terhormat di hati kita, bukan hanya sebagai bangunan bersejarah, tetapi juga sebagai sumber inspirasi tentang ketulusan, keteguhan, dan kearifan dalam beragama. Kini, tinggal bagaimana kita memilih: sekadar menjadi penonton yang lalai, atau menjadi generasi yang setia menjaga dan menghidupkan kembali warisan luhur ini untuk masa depan.

Sebab jika bukan kita yang peduli, siapa lagi? Dan jika bukan sekarang, kapan lagi? Masjid Agung Kauman menunggu uluran tangan kita, menanti jiwa-jiwa yang bersedia membangunkan kembali ingatan kolektif umat, agar ia tetap hidup, berdetak, dan bermakna sepanjang zaman.

Author

+ posts

Leave a Reply

Your email Alamat will not be published. Required fields are marked *

2 × one =