Semarang merupakan salah satu kota dengan pesona wisata yang tak pernah lekang oleh waktu. Kota yang dijuluki sebagai “Kota Atlas” karena topografinya yang unik, terbagi menjadi daerah dataran rendah di utara dan perbukitan di selatan ini, menawarkan perpaduan sempurna antara keindahan alam, kekayaan budaya, warisan sejarah, dan kenikmatan kuliner.

Sumber: kumparan.com

Kota Semarang kini semakin dikenal sebagai destinasi wisata penting di Jawa Tengah setelah pemerintah kota dan berbagai komunitas pariwisata secara aktif mempromosikan keunikan kota ini. Beberapa destinasi wisata unggulan di Kota Semarang yang patut dikunjungi antara lain Lawang Sewu, Kota Lama, Kelenteng Sam Poo Kong, dan Masjid Agung Jawa Tengah. Lawang Sewu menjadi ikon terpenting dalam wisata sejarah di Semarang. Nama “Lawang Sewu” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “Seribu Pintu”, mengacu pada banyaknya pintu dan jendela yang menyerupai pintu pada bangunan ini. Dibangun pada tahun 1904 dan rampung pada tahun 1907, Lawang Sewu awalnya adalah kantor pusat Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau Perusahaan Kereta Api Hindia Belanda. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), bangunan ini dijadikan sebagai markas dan penjara, tempat di mana banyak penyiksaan terjadi. Namun, saat ini, Lawang Sewu telah bertransformasi menjadi objek wisata sejarah yang populer dengan arsitektur khas kolonial yang megah, tangga spiral ikonik, museum kereta api, dan lorong bawah tanah yang dulunya berfungsi sebagai penjara.

Tidak jauh dari Lawang Sewu, Kota Lama Semarang merupakan kompleks kawasan bersejarah yang seolah-olah akan memindahkan potongan kecil Belanda ke Indonesia. Dikenal juga dengan sebutan Outstadt atau Little Netherland, kawasan seluas kurang lebih 31 hektar ini menyimpan sekitar 50 bangunan kuno dengan arsitektur Eropa yang masih terjaga keasliannya. Jantung dari Kota Lama adalah Gereja Blenduk (GPIB Immanuel) yang dibangun pada tahun 1753. Dengan kubah yang khas dan arsitektur Neo-Klasik, gereja ini menjadi landmark utama Kota Lama. Pemerintah Kota Semarang telah melakukan revitalisasi besar-besaran terhadap kawasan ini sehingga Kota Lama kini menjadi salah satu kawasan wisata paling fotogenik di Indonesia. Kelenteng Sam Poo Kong menjadi bukti nyata keberagaman budaya di Semarang. Dikenal juga sebagai Gedung Batu karena struktur bangunannya yang sebagian besar terbuat dari batu, kelenteng ini didirikan untuk menghormati Laksamana Cheng Ho (Zheng He), seorang penjelajah Muslim dari Tiongkok yang singgah di Semarang pada abad ke-15.

Menariknya, Sam Poo Kong bukan hanya tempat ibadah bagi masyarakat Tionghoa beragama Konghucu atau Buddha, tetapi juga dikunjungi oleh pemeluk agama Islam dan bahkan agama lain. Setiap tahunnya, Sam Poo Kong menjadi pusat perayaan Cap Go Meh dan perayaan datangnya Laksamana Cheng Ho di Semarang. Bergerak ke arah timur Kota Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) hadir sebagai mahakarya arsitektur Islam modern yang memukau. Dibangun pada tahun 2001 dan diresmikan pada tahun 2006, masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar di Indonesia dengan kubah utama berdiameter 20 meter dan menara Al-Husna yang menjulang setinggi 99 meter. Selain empat destinasi utama tersebut, Semarang masih menyimpan banyak tempat bersejarah lainnya seperti Museum Ronggowarsito, Tugu Muda dan Museum Mandala Bhakti, Kampung Pelangi, Gereja Kathedral Semarang, dan Kota Lama China (Pecinan).


Petualangan di Semarang tak lengkap tanpa kualitas kuliner khasnya yang kaya akan rasa dan sejarah. Lumpia Semarang dengan kulit tipis dan renyah serta isian rebung, telur, udang, dan ayam menjadi ikon kuliner kota ini. Bandeng Presto dengan duri-duri yang lembut, Wingko Babat dengan tekstur kenyal dan rasa manis gurih, Tahu Gimbal dengan siraman bumbu kacang pedas, dan Soto Bangkong dengan kuah bening yang melengkapi kekayaan kuliner Semarang. Tak ketinggalan, Tahu Pong dengan tekstur renyah di luar namun lembut di dalam, Babat Gongso dengan rasa pedas yang menggugah selera, dan Garang Asem dengan perpaduan rasa asam, pedas, dan gurih juga wajib dicoba. Menariknya, banyak kuliner khas Semarang yang memiliki cerita sejarah dibaliknya, seperti lumpia yang merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa.

Gereja Blenduk Semarang
Gereja Blenduk Semarang (Foto: @vegaviditama)

Untuk mendapatkan pengalaman terbaik, wisatawan disarankan untuk mengombinasikan wisata sejarah dan kuliner. Mulailah dengan sarapan di Spiegel Bar & Bistro di Kota Lama, dilanjutkan dengan menjelajahi Gereja Blenduk dan Taman Srigunting, makan siang dengan Tahu Gimbal atau Soto Bangkong, dan akhiri hari dengan menikmati suasana malam di Kota Lama. Untuk mencapai Semarang, tersedia berbagai pilihan transportasi mulai dari pesawat terbang melalui Bandara Internasional Ahmad Yani, kereta api yang berhenti di Stasiun Tawang atau Stasiun Poncol, hingga bus antar kota. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah antara bulan Mei hingga September saat musim kemarau. Menjelajahi Semarang adalah seperti membuka album foto lama, di mana setiap halaman menyimpan cerita dan kenangan dari masa yang berbeda. Tidak seperti destinasi wisata lain yang sering kali terlalu komersial, Semarang tetap mempertahankan keotentikannya, menjadikannya destinasi yang menawarkan kombinasi sempurna antara sejarah yang kaya, kuliner yang lezat, dan pengalaman budaya yang autentik.

Melalui upaya promosi pariwisata yang terus ditingkatkan oleh pemerintah setempat dan dukungan dari berbagai komunitas pariwisata seperti Genpi Jateng, Semarang diharapkan bisa menjadi destinasi wisata unggulan yang semakin diminati wisatawan domestik maupun mancanegara. Berkunjung ke Semarang tidak hanya akan meninggalkan kenangan indah, tetapi juga keinginan untuk kembali menjelajahi pesona kota ini di lain waktu.

Author

+ posts

Leave a Reply

Your email Alamat will not be published. Required fields are marked *

seventeen − four =