Peristiwa 3 Oktober menjadi momen bersejarah yang tak terlupakan dan senantiasa diperingati oleh Pemerintah Kota Pekalongan bersama seluruh masyarakat setempat setiap tahunnya, dimana masyarakat kota Pekalongan berjuang dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan Jepang. Perjuangan ini harus dipahami oleh generasi muda khususnya pelajar untuk memberikan motivasi agar mereka bisa lebih gigih memperjuangkan masa depan dan menghargai sejarah daerahnya.

Rangkaian peristiwa yang terjadi di bulan Agustus sampai dengan tanggal 7 Oktober tepat dimana Jepang meninggalkan kota Pekalongan, peristiwa heroik pasca terjadinya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Menurutnya, perjuangan ini menjadi satu sejarah besar karena di dalamnya terdapat sejumlah tokoh besar seperti Jaksa Agung Suprapto uang ternyata pernah berjuang di kota Pekalongan.
Napak tilas sejarah pertempuran 3 Oktober 1945, ia mengaku jadi lebih paham bahwa di kota Pekalongan pernah ada sejarah penting perjuangan masyarakat merebut kemerdekaan dari penjajah Jepang, “Sebelumnya belum tahu dan sekarang jadi tahu, tadi belajar sejarah Pekalongan dari tanggal 3-7 Oktober. Masyarakat kota Pekalongan melakukan perundingan agar jepang tidak menjajah kota Pekalongan lagi hingga akhirnya jepang meninggalkan Pekalongan.
Sebuah monumen berbentuk tugu dibangun di Stadion Hoegeng, Pekalongan. Monumen yang diberi nama Tugu Perjuangan itu didirikan sebagai pengingat Peristiwa 3 Oktober 1945 yang terjadi di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Tugu Perjuangan ini dibangun untuk menghormati para pejuang yang tulus dan ikhlas mengorbankan seluruh jiwa raganya berjuang bersama rakyat demi memerdekakan bangsa Indonesia,” ujar Yudha membacakan sambutan Pangdam IV Diponegoro.
Kala itu, rakyat Pekalongan mendesak Jepang untuk menyerahkan kekuasaan. Terlebih lagi, Indonesia juga sudah memproklamasikan kemerdekaan dan Jepang juga telah kalah perang dari sekutu pada Perang Dunia II.
Namun, Jepang masih enggan menyerahkan kekuasaan hingga peperangan pun tak bisa dihindari. Dalam peristiwa itu sebanyak 37 orang gugur dan 12 orang lainnya mengalami kecacatan.
Untuk mengenang peristiwa tersebut dibangunlah sejumlah monumen seperti Monumen 3 Oktober 1945.